Isu-isu perburuhan diprediksi akan mewarnai kegiatan usaha di Indonesia pada 2010. Hal tersebut sebagai akibat dari pemberlakuan pasar bebas atau Free Trade Area (FTA) ASEAN-Cina yang dimulai awal tahun depan.
Menurut analis ekonomi Faisal Basri, pasar bebas menyebabkan timbulnya sejumlah pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan. Selama ini Indonesia selalu mengalami defisit dalam menjalin perdagangan dengan Cina. Sehingga dengan pemberlakukan pasar bebas itu, penetrasi produk Cina ke dalam negeri akan semakin kuat.
"Indonesia babak belur dalam berdagang dengan Cina," kata Faisal ketika ditemui di Surakarta, Senin (28/12). Selama 2008, Indonesia mengalami defisit hingga US$ 4 miliar atau sekitar Rp 38,5 triliun dengan Cina. Sedangkan dari Januari hingga Agustus 2009, Indonesia mengalami defisit hingga US$1,7 miliar atau setara Rp16,1 triliun.
Sebenarnya pasar bebas ASEAN-Cina pada 2010 tidak berimplikasi terhadap terpuruknya industri dalam negeri. "Tapi menjadi momentum yang tepat bagi industri untuk berkeluh kesah," ujar dosen Universitas Indonesia tersebut. Sehingga, jika pun terjadi pemutusan hubungan kerja, hal itu hanya akal-akalan pengusaha.
Rencana pemberlakukan pasar bebas ASEAN-Cina telah berlangsung secara bertahap sejak 2004. Saat itu bea masuk barang impor lebih dari 50 persen, dan berangsur turun menjadi 5 persen tahun ini. "Sehingga pada 2010 menjadi nol persen," kata dia. Jika memang berimplikasi kuat terhadap industri, menurut Faisal, seharusnya pengusaha mengeluh sedari kesepakatan tersebut diterapkan.
Berkaca pada awal 2009 lalu, banyak perusahaan yang mememutusan hubungan kerja dengan karyawan secara besar-besaran. Namun hal itu dilakukan pengusaha untuk mengurangi jumlah karyawan tetap yang selanjutnya diganti karyawan kontrak. Akibatnya jumlah pekerja informal di Indonesia mencapai 70 persen dari total tenaga kerja.
"Orang Indonesia merasa terlalu mewah untuk menganggur," ucapnya. Sehingga diperkirakan jumlah pekerja informal di Indonesia semakin tinggi sehingga membuat persaingan di sektor informal kian ketat. "Itu sangat tidak sehat," tutur Faisal.
Namun begitu Faisal justru optimistis, perekonomian Indonesia tahun depan bisa tumbuh lebih baik. "Kondisi ekonomi pada akhir tahun begitu mengagumkan," ujar dia. Hal itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi dan naiknya tingkat konsumsi masyarakat, yang diiringi tingkat inflasi rendah.
0 komentar:
Posting Komentar